Rabu, 04 Juni 2014

yang melatarbelakangi imperialisme


Imperialisme

Istilah imperialisme diperkenalkan pertamakali adalah di Perancis pada tahun 1830-an, suatu kata atau istilah yang merujuk kepada “imperium Napoleon Bonaparte”. Ketika itu, istilah ini diperkenalkan oleh seorang penulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris ketika itu beranggapan bahwa merekalah sebenarnya bangsa yang paling berkuasa (Greater Britain), karena mereka pada kenyataannya telah banyak menguasai dan menjajah di wilayah – wilayah diluar Eropa semisal Asia dan Afrika. Mereka menganggap bahwa penjajahan pada dasarnya adalah bertujuan mulia, yaitu untuk memajukan dan membangun masyarakat diluar Eropa yang pada saat itu dipandang masih terbelakang (primitif), dan oleh karenya penjajahan menurut mnereka adalah untuk kebaikan dunia.
Konsep “Imperialisme” sebenarnya merujuk pada suatu sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik dari negara-negara kaya dan berkuasa , untuk mengawal dan menguasai negara – negara diluar Eropa yang dianggap terbelakang dan miskin. Akan tetapi sayangnya kata “imperialisme” pada kenyataannya juga tidak terlepas dengan tujuan untuk mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara - negara luar Eropa tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme dalam prakteknya justru menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh suatu bangsa atas bangsa lain, sehingga  pada prinsipnya tujuan utama imperialisme itu sendiri adalah untuk menambah hasil ekonomi atau kekayaan bagi negeri penjajah (Gold). Negara-negara imperialis pada kenyataannya justru hanya ingin memperoleh keuntungan dari negeri – negeri yang mereka kuasai. Selain faktor ekonomi, kaum imperialis juga terdorong oleh satu kepercayaan atau anggapan bahwa suatu bangsa tertentu adalah lebih mulia atau lebih baik kedudukannya di muka bumi dari pada bangsa yang lain,  atau yang disebut dengan  istilah “ethnosentrism”. Bangsa Jerman (Arya), Jepang, dan Italia adalah diantara contoh bangsa-bangsa didunia yang menganut pandangan tersebut. Faktor lain yang menyumbang pada dikembangkannya konsep “imperialisme” adalah, adanya perasaan dari suatu bangsa yang ingin mencapai taraf sebagai bangsa yang besar dan memerintah dunia, Inggris dan juga Jepang adalah contoh terbaik yang membangun dasar imperialisme mereka dari pandangan yang seperti itu.
Akhirnya memang patut pula dipertimbangkan bahwa dasar imperialisme pada awalnya adalah bertujuan untuk menyebarkan ide-ide dan kebudayaan Barat yang dianggap lebih baik itu ke seluruh dunia. Oleh karena itulah, ada konsep yang meyakini bahwa imperialisme bukan hanya dapat dilihat sebagai bentuk penindasan terhadap tanah jajahan tetapi sebaliknya dapat pula dipandang sebagai faktor pendorong bagi pembaharuan-pembaharuan yang dapat menyumbang kearah pembinaan dan kemajuan sebuah bangsa, seperti pendidikan, kesehatan, perundang-undangan dan sistem pemerintahan, misalnya.
Para sejarawan Barat cenderung membagi imperialisme dalam dua kategori yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah konsep yang bermuara kepada negara-negara yang berhasil menaklukan atau menguasai negara-negara lain, atau bahkan negara -negara yang mempunyai suatu imperium besar seperti halnya imperium Romawi, Imperium Turki Usmani, dan China, spanyol, Portugis, Belanda, Inggris bahkan Perancis yang belakangan memperoleh jajahannya di Asia, Amerika dan Afrika sebelum 1870. Dengan demikian dapatlah digambarkan bahwa tujuan imperialisme kuno, pada dasarnya adalah selain faktor ekonomi yaitu untuk menguasai daerah – daerah yang kaya dengan sumber daya alam, juga termasuk didalamnya faktor untuk penyebaran agama dan memperoleh kajayaan negara.
Sedangkan Imperialisme modern, pada umumnya bermula setelah Revolusi Industri yang awalnya terjadi di Inggris pada tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor pendorong berubahnya konsep atau pandangan tentang imperialisme kuno ke bentuk imperialisme modern, adalah adanya kelebihan modal dan barang (surplus produksi) di negara-negara Barat. Selepas tahun 1870-an , maka negara – negara di Eropa selanjutnya berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah untuk penyuplai bahan baku dan juga sebagai daerah pemasaran hasil –hasil industri mereka.
Dasar Imperialisme inilah kemudian yang dilaksanakan demi alasan agama, mereka menganggap bahwa telah menjadi tugas suci bagi seorang pemeluk agama untuk menyelamatkan manusia dari segala macam penindasan dan ketidakadilan, terutama di negara-negara yang dianggap terbelakang. Para misionaris Kristen adalah contoh yang menganggap misi penyelamat ini sebagai The White Man Burden. Tetapi tetap saja bahwa diantara faktor-faktor terpenting yang melatar belakangi munculnya imperialisme adalah faktor ekonomi.