BAB 6
SIKAP MOTIVASI DAN MAWAS DIRI
PENGERTIAN SIKAP
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara
merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.
Berikut ini adalah pengertian sikap dari beberapa para ahli
antara lain :
Menurut Thomas
(1918) dan Znanieck (1974), sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang
melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara
tertentu. Konsep sikap sebenarnya pertama kali diangkat ke dalam bahasan ilmu
sosial pertama kali oleh Thomas, sosiolog yang banyak menelaah kehidupan dan
perubahan sosial, yang menulis buku Polish Peasant in Europe and America:
Monograph of an Immigrant Group yang merupakan hasil riset yang dilakukannya
bersama Znanieck. Dalam buku tersebut, Thomas dan Znaniecki membahas informasi
sosiologi dari kedua sudut individualistik dan subjektivistik. Menurut
pandangan mereka dua hal yang harus diperhitungkan pada saat membahas kehidupan
dan perubahan sosial adalah sikap individu dan budaya objektif (objective
cultural).
Menurut Allport
(1935), sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman,
yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu
terhadap semua objek dan situasi yang terkait.
KOMPONEN SIKAP
Komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude) yaitu
Kognitif (cognitive)
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau
apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia
akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek
tertentu.
Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap
suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimiliki obyek tertentu.
Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
KARAKTERISTIK SIKAP
Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara lain: arah,
intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins
dkk, 1986). Karakteristik dan arah menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada
persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek
sikap. Karakteristik intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat
kekuatan yang pada setiap individu bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik
keluasan sikap menunjuk pada cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon
atau menyatakan sikapnya secara spontan. Dari definisi-definisi yang
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi
perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil
interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi
didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu
yang menyebabkan mereka berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu
tujuan. Motivas menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka
lakukan. Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi. semakin
mampu mereka mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten
dengan pencapaian tujuan organisasional. Karena produktivitas danlam semua
organisasi adalah hasil dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku
ini adalah kunci bagi wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas.
KOMPONEN MOTIVASI
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu :
Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow membagi kebutuhan
menjadi lima tingkatan yakni a) kebutuhan fisiologis, b) kebutuhan akan rasa
aman, c) kebutuhan sosial, d) kebutuhan akan penghargaan diri, dan e) kebutuhan
aktualisasi.
Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam rangka memenuhi harapan.
Tujuan
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.
Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan
mental atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan.
Interaksi kekuatan mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden
prakarsa pribadi pelaku.
MODEL MOTIVASI
Berbagai model yang menguraikan bagaimana motivasi terjadi
telah dikembangkan, 3 model tersebut adalah:
Model
Kebutuhan-Tujuan
Model motivasi dan tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan
individu. Kebutuhan ini kemudian ditransformasi menjadi perilaku yang diarahkan
untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah
untuk mengurangi kebutuhan yang dirasakan. Secara teoritis, perilaku mendukung
tujuan dan perilaku tujuan berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah
sangat berkurang.
Model Ekspektasi
Vroom
Pada kenyataannya, proses motivasi adalah situasi lebih rumit
dibandingkan yang digambarkan oleh model motivasi kebutuhan-tujuan. Model
ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan tambahan. Seperti halnya dengan
model kebutuhan-tujuan, model ekspektasi Vroom didasarkan pada premis bahwa
kebutuhan yang dirasakan menyebabkan perilaku kemanusian. Akan tetapi,
disamping itu model ekspektasi Vroom mengungkapkan isu kekuatan motivasi.
Kekuatan motivasi adalah tingkatan keinginan individu untuk menjalankan suatu
perilaku. Ketika keinginan meningkat atau menurun, kekuatan motivasi dikatakan
berfluktuasi.
Model Porter-Lawler
Porter dan Lawler telah mengembangkan suatu model motivasi
yang menggambarkan uraian proses motivasi yang lebih lengkap dibandingkan model
kebutuhan-tujuan atau model ekspektasi Vroom. Model motivasi Porter-Lawler ini
konsisten dengan dua model sebelumnya dimana model ini menerima premis bahwa
(1) kebutuhan yang dirasakan akan menyebabkan perilaku kemanusiaan; dan (2)
usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tugas ditentukan oleh nilai balas
jasa yang dirasakan yang dihasilkan dari suatu tugas dan probabilitas bahwa
balas jasa tersebut akan menjadi nyata.
MAWAS DIRI
mawas diri menurut kamus Beasar Bahasa indonesia, edisi
kedua, balai pustaka 1993, ialah melihat(memeriksa dan mengoreksi) diri sendiri
secara jujur,instropeksi, kita harus mawas diri agar kita janagan membuat
kesalahan yang sama.
mawas diri menurut Marbangun Hardjowirogo ialah meninjau ke
dalam, hati nurani kita guna mengetahui benar tidaknya, suatu tindakan yang
telah di ambil.
secara teknis psikiologis usaha tersebut dapat dinamakan juga
instropeksi yang pada dasarnya ialah pencarian tanggung jawab ke hati nurani
mengenai suatu perbuatan. orang jawa sering berbicara tentang mawas diri dan
berusaha pula untuk mempraktikkannya guna mendapatkan jawaban atas persoalan
yang di hadapinya yakni apakah suatu perbuatan yang di lakukannya, suatu
tindakan yang di ambilnya secara moral dapat di benarkan dan dapat di
pertanggungjawabkan. adapun jawaban yang di cari adalah menelaah hati nurani
dalam hubungan denagan ”mawas diri” ini , maka pernahkah kita
berfikir tentang manfaat dan nilai sebuah cermin? kata dasar ”cermin’
menurut kamus besarbahasa indonesia
Mawas Diri adalah suatu yang menjadi teladan atau pelajaran
juga sebagai suatu yang membayangkan perasaan yaitu isi hati dan keadaan batin.
Sumber :
http://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/01/06/sikap-motivasi-dan-mawas-diri/
http://juwitaaroem.blogspot.com/2012/11/sikap-motivasi-dan-mawas-diri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar